Hidup itu memang tak pernah datar.. ibarat pejalanan di desa, tak semuanya berjalan lurus dan tak semuanya beraspal mulus. Ya, mungkin hal itulah yang menggambarkan hidupku (dan pastinya hidup setiap orang). Kadang kita meriang kesakitan di kala badai kehidupan menerjang, kadang kita mengeluh ditengah masalah kehidupan membelenggu, eh tidak tahunya kita terbawa olehnya sampai ke tempat yang baik dan kemudian bersyukur..:) Persis seperti apa yang dikatakan Ippho Santosa, seorang entepreneur muda dan penulis buku Mega best seller Seri Otak kanan, bahwa menurutnya, terapi kegagalan itu perlu, karena dengan begitu kita akan bisa lebih menghargai setiap orang yang sedang berproses dan melatih kita agar lebih kreatif dan lebih gigih dalam memperjuangkan apa yang ingin kita capai dan impikan. Hingga akhirnya kita bersyukur setelah kita mendapatkannya.
Nama saya adalah Ahmad Sirajuddin, orang-orang biasa memanggilku Jundy, saya lahir di Lamongan tepatnya tanggal 19 november 1994, lahir dari keluarga yang sederhana dan begitu sabar dalam mendidik anak- anaknya, ibu saya seorang guru TK, dan ayah seorang guru SMP swasta di Surabaya. Dulu Aku hanyalah seorang santri yang berada di pesantren, saat SMP saya tinggal di pesantren Sunan Drajat Lamongan dan saat SMA saya tinggal di Pondok pesantren Amanatul Ummah Surabaya, di sana Aku sekolah di madarasah, yakni MA Unggulan Amanatul Ummah yang tepat berada dalam naungan / yayasan pondok pesantren tempat Aku belajar. jika dibandingkan sekolah berlabel “negeri” atau “favorit” di Surabaya, madrasah tempat Aku belajar tidak terlalu besar namun kusadari bahwa kekeluargaan kami begitu kental. Bahkan aku yakin guru-gurunya juga peduli, ramah dan sabar.
Aku banyak bermimpi saat berada di pesantren, dan mimpiku yang paling besar adalah melanjutkan kuliah di perguruan tinggi favorit di Indonesia. Saat itu aku bukan hendak mengejar gengsi. Hatiku selalu berdesis semangat k etika pak kyai dan guru- guru memotivasi para santri untuk kuliah dan terus melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi hingga mendapat gelar doktor demi mewujudkan bangsa yang unggul adil, dan makmur. Apalagi jika mendengar cerita kakak kakak senior yang bisa kuliah baik di perguruan tinggi negeri maupun di luar negeri (Mesir, Tunisia, maroko, dan Sudan), ingin rasanya mengikuti jejak jejak mimpi seperti mereka.



Di madrasah aku mengikuti beberapa lomba. Satu hal yang lucu adalah selain aku mengikutinya untuk menguji kemampuanku, aku mengikutinya juga karena aku butuh uang hadiahnya untuk membiayai sekolahku. Hehehe…Ya, karena memang aku ingin berusaha semampuku untuk meringankan beban orang tua dalam membiayai sekolahku. Aku beruntung bisa sekolah dari hasil lomba itu. Lombanya beragam, mulai dari kompetisi karya tulis ilmiah, olimpiade, debat sosial sampai lomba membuat film pendek. Alhamdulillah banyak yang aku menangkan dengan keterbatasan sarana dan kemampuanku dibanding mereka yang berasal dari sekolah favorit. Hingga akhirnya aku lulus pada 2012 dengan memperoleh penghargaan santri teladan dari pesantrenku, Sungguh merupakan Nikmat-Nya yang besar bagiku, orang tua, keluarga serta guru guru saat itu. Alhamdulillah bikullini’matahu ‘alaina
Impian kuliah di PTN ini sudah seperti di depanku kala itu. Saat itu aku memilih fakultas kedokteran sebagai pilihanku satu-satunya, Namun semuanya ternyata sirna. Aku gagal masuk UNAIR dan UNPAD lewat jalur undangan, gagal masuk UNAIR lewat jalur Beasiswa KEMENAG, gagal dalam seleksi administrasi masuk fakultas Kedokteran di Monbukoghousho Jepang dan kembali gagal dalam Seleksi Masuk fakultas Kedokteran UII dan Universitas Islam Malang, dan yang paling tak terlupakan adalah gagal masuk Universitas Mataram dan Mulawarman lewat jalur SNMPTN Tulis akibat lupa mengisi kode soal sewaktu tes. Hmmm, benar-benar di luar dugaanku saat itu, sampai sampai aku mengelus-elus dada ( dada sendiri tentunya… ehehe..). Hatiku benar-benar hancur kala itu. selanjutnya untuk terakhir kalinya, aku mencoba untuk ikut SPMB tulis di UNESA, Alhamdulillah akhirnya Aku dinyatakan diterima di jurusan biologi murni. Namun sayang, aku tidak jadi masuk dan terpaksa melepaskannya karena biaya masuk daftar ulang sangat mahal.
Setelah mendapatkan rentetan kejadian yang tersebut, aku mencoba untuk merelakannya dan menyerahkan segala apa yang kualami saat itu kepadaTuhan Yang Maha Kuasa. Hingga akhirnya aku mulai mengisi kekosongan waktu setelah tamat SMA dengan mengajar bahasa inggris sekaligus mengaji (belajar agama) di pondok pesantren Sunan Drajat Lamongan. Seruu? Pastinya, malu? Bisa jadi, bisa jadi, apalagi melihat teman-temanku yang sudah banyak berada pada bangku kuliah saat itu. Namun semangat untuk memperjuangkan mimpiku unt uk berkuliah di Perguruan Tinggi Negeri tak sedikitpun pudar dari benakku.
Pada Januari 2013, bagaimanapun juga, mimpi untuk berkuliah di Perguruan Tinggi Negeri terbaik tak sedikitpun pudar dari benakku. Aku terus belajar dan mempersiapkan diri untuk ikut tes di tahun mendatang. Kadang kala, terdapat banyak pertimbangan yang kupikirkan untuk menentukan di mana tempat aku kuliah saat itu, ada UI, Unair, UB, IAIN, dan UIN Jakarta ,jadi bingung mau pilih yang mana. Namun saat berada di tengah kebuntuan itulah Aku bersyukur. Aku mendapatkan isharoh (petunjuk) bahwa tempat kuliah yang terbaik untuk masa depanku adalah berada di surabaya paling timur, dan tak pelak lagi itu adalah ITS (padahal sebelumnya tidak ada pikiran untuk masuk ke ITS).
Hingga datanglah musim tes itu. Pertama pastinya adalah Seleksi Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Aku mendaftar ITS dengan Sistem Informasi sebagai pilihan pertama, Manajemen bisnis sebagai pilihan kedua. Satu bulan kemudian. Tepat bulan Juni 2013, pengumuman SBMPTN pun tiba, aku menunggunya dengan begitu cemas. Setelah beberapa saat menunggu tangis dan jingkrakku pecah saat aku diumumkan lulus di Sistem Informasi. Aku besyukur dan sangat bahagia. hampir lepas tak sadar kala itu. Penuh haru tapi masih mencoba mengembalikan kesadaranku. Bahkan keluarga dan teman-temanku pun sempat tidak percaya (begitu pun aku). Sampai aku cukup tenang, aku hanya bisa mengucapakan Hamdalah sebanyaknya dan tanpa bisa berkata apapun karena begitu besar karunia dan pertolongan-Nya ini. Tak hanya itu, aku mendapatkan Beasiswa kuliah dari Beastudi Etos dan tiap bulannya mendapat livingcost sebesar Rp. 500.000.
Dan kini, saat essay ini aku tulis, aku sedang berada di serambi masjid Manarul Ilmi ITS. menikmati dekap semilir angin di siang hari. Aku masih ingat hari-hariku saat memperjuangkan impianku dengan terus belajar dan mempersiapkan diri hingga lupa makan. Aku masih ingat belajar sendirian sambil bei’tikaf di masjid sepanjang hari. Berat sekali saat itu. Siang ini aku bercumbu kembali dengan impian-impian semasa aku SMA yang kini sedang aku jalani kenyataannya. Begitu luar biasa Allah SWT menggoreskan takdir untukku. Sungguh takdir-Nya lebik indah daripada rencana kita sebelumnya,
Ah, betapa hebat perjalanan yang Dia susun untuk seorang santri pemimpi dari desa sepertiku. Kini, saatnya aku harus buktikan rasa syukurku berawal dari Beastudi Etos dan jurusan sistem Informasi yang merupakan jurusan terbaik seantero negeri ini bahwa aku akan berusaha sebaik mungkin. Berprestasi setinggi-tingginya. Meningkatkan potensi diri dan berkontribusi sebanyak-banyaknya, bisa melanjutkan S2 di luar negeri dengan jalur beasiswa dan menyelesaikan S3 dengan mendapat gelar doctor di bidang manajemen pemasaran, mendirikan perusahaan di bidang transportasi, agraria, property, dan kuliner. serta berkontribusi maksimal darinya untuk memperjuangkan visi pemberdayaan umat. dan jika Tuhan menghendaki, saya ingin memperjuangkan Indonesia ke depan dengan menjadi Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia 2045 yang mampu memegang peran penting dalam mengatur roda perputaran ekonomi bangsa ini.
Karena semua itu demi jejak-jejak pengabdianku kepada-Nya yang telah memberi banyak kenikmatan dan rahmat-Nya yang luar biasa kepadaku. Demi Kyai dan guru-guruku yang mereka semua telah mendidikku, Demi Ayah, Ibu, kakek, nenek, bulek, paklek, bude, pakde yang mereka semuanya telah merawatku sejak kecil. Demi beastudi Etos yang telah membiayaiku untuk kuliah di kampus ini, Demi istri dan anakku kelak yang aku janji kepada siapapun mereka bahwa mereka nanti hidup dalam keluarga yang harmoni dan bahagia, serta tidak boleh merasakan kegetiran hidup secara materi dan mental. Demi janjiku pada negeri ini untuk berikhtiar mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia yakni Indonesia yang mandiri, sejahtera, adil dan makmur. Dan tentunya demi almamater ITS tercinta!
Siapapun yang membaca tulisan ini. Mari selalu optimis. Tidak ada impian yang terlalu tinggi bagi orang yang yakin dan terus berjuang untuknya. Kalupun tidak terwujud atau gagal, kita tetap bisa memperjuangkan mimpi kita dalam versi lain. hidup itu enggak terbatas dalam satu kotak kecil kan? dan apapun pilihan yang telah Allah berikan kepada kita, dengan taat kita jalani itu dengan sebaik-baiknya. Bersemangatlah !!!
Last Taujih:
Impian-impian
yang impossible akan menjadi possible jika diiringi ikhtiar, iman, dan tawakal...
Kejarh impianmu.. !!
Bagaikan
kuda yang melompat & berlari jauh...
Pantang
mengeluh, pantang mengaduh...
Tekad
pun bulat & utuh...
Perlakukan
waktu luang dan hari libur semaksimal mungkin untuk belajardan berikhtiar,
Ambil waktu malam sebagai kendaraan 'tuk bersimpuh pada-Nya.
Semoga dengan begitu Allah Ridho dengan kerja keras kita yang berhujung pada pencapaian Visi yang nyata..!
Ambil waktu malam sebagai kendaraan 'tuk bersimpuh pada-Nya.
Semoga dengan begitu Allah Ridho dengan kerja keras kita yang berhujung pada pencapaian Visi yang nyata..!
#
Semangat berjuang menuju Kampus Perjuangan !
#Kuliah
Tak Gentar